Kajian Sosial yang Terlupakan Dari Ilmu Komputer



Permasalahan yang lumrah dialami dan dihadapi oleh mahasiswa informatika adalah penggubahan algoritma untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata, optimisasi dari solusi terdahulu (tentu dalam bentuk algoritma) serta pengolahan dan pengamanan sistem yang kadang begitu pelik dan memusingkan. Namun, saya memiliki perhatian yang berbeda atas domain permasalahan yang berkembang di informatika. Saya lebih tertarik terhadap permasalahan sosial yang dapat terjadi dan berkembang dari komputer, mungkin ini semua karena saya juga seseorang yang suka belajar filsafat. Ketertarikan saya terhadap filsafat dan ruhaniah mendorong saya untuk melihat kajian-kajian sosial di bidang komputer, bukan hanya permasalahan aktual, namun juga permasalahan fundamental yang ada.


Begitulah yang pada akhirnya menarik saya untuk mempelajari lebih lanjut mengenai sikap-sikap sosial yang berkembang di dunia digital. Penyikapan saya mengenai permasalahan yang ada ini tentu akan dipengaruhi sisi keilmuan dan keyakinan yang saya anut bukan sekedar angka dan teori dari berbagai ahli yang ada di berbagai buku dan literature-literatur yang ada. Untuk itu, kebanyakan pendapat saya adalah opini-opini penggugah, yang saya harap nantinya dapat menjadi cambuk bagi pembaca agar mencari lebih jauh mengenai permasalahan yang saya angkat.


Permasalahan di dunia digital sejujurnya begitu kompleks, mengapa? Karena bagi saya dunia digital gagal mendapat perhatian lebih dari berbagai kajian keilmuan yang ada. Sebuah “dunia baru” yang menentukan hidup manusia namun tidak mendapat perhatian yang besar oleh manusia itu sendiri. Kajian ilmu digital terbatas terhadap alat-alat, penunjang kemajuan, serta metode pengembangan keilmuan saja. Baru sedikit kajian mengenai perilaku-perilaku pengguna, serta kajian-kajian sosial lainnya. Kajian ini akan jadi penting karena dunia digital merupakan “second world” bagi manusia dewasa ini. Sebuah survei dari APJII di 2017 menyatakan 54,68% penduduk indonesia merupakan pengguna internet, ini bukanlah angka yang kecil karna jika kita membandingkan dengan negara-negara asia lain, Indonesia telah menempati peringkat ke 4.


Data besarnya pengguna internet tersebut sudah menjadi bukti bahwa dunia, terkhususnya Indonesia butuh penelitian-penelitian sosial yang serius di bidang komputer. Keprihatinan saya dimulai ketika melihat sebuah course philosophy and computer science di oxford, lalu saya bertanya, mengapa di Indonesia filsafat tidak dimasukkan ke dalam studi informatika?. Mungkin pembaca bingung dan menanyakan “ apa hubungan antara informatika dengan filsafat?”, Bagaimana mungkin sebuah domain ilmu pengetahuan seperti filsafat dikaitkan dan dihubungkan dengan ilmu komputer?. Sebuah pertanyaan yang sama pernah ditanyakan pula di Quora, yaitu sebuah situs tanya jawab yang mirip dengan yahoo answer atau brainly. Dalam pertanyaan itu, terjawab sedikit mengenai peran penting filsafat dalam bidang studi informatika. Yaitu pengembangan metodologi berfikir perancang, programmer dan arsitek komputer dalam menciptakan program-program atau metode baru di bidang komputer. Penjawab tersebut mencontohkan dengan perkembangan AI (artificial intellegence) yang dapat berkembang karna berbagai percobaan berfikir (sangat relevan bila disebut berfilsafat) oleh Alan Turing — seorang matematikawan dan “bapak artificial intellegent”.


Dr Sarah Rauchas di University of London menjelaskan lebih jauh mengenai kaitan utama antara filsafat dengan komputer, dimana pertalian antara kedua jenis ilmu ini berasal dari penggunaan proposional logic — yang dikembangkan pertama kali oleh filsuf aristoteles, serta penggunaan metode matematik seperti aljabar, kalkulus, metode numerik dan metode lainnya.



Komentar